Langsung ke konten utama

Sudahkah Uang Bekerja Untuk Anda?

Di usia kepala 4 seperti saya saat ini, banyak teman teman saya yang sudah menduduki jabatan tinggi dan berpenghasilan besar. Gaji dua digit bahkan tiga digit per bulan bukan lagi hitungan jari. Penghasilan tadi lebih dari cukup untuk memenuhi segala kebutuhan hidup orang pada umumnya. 


Tapi, yang menarik ketika salah satu teman saya tanya, apakah happy dengan keadaan sekarang?. Sambil tertawa, dia merasa "terjebak" jawabnya. Setiap hari, dia terbangun tanpa gairah untuk bekerja, tidak menikmati waktunya, dan merasa terjebak dalam rutinitas yang tidak pernah dia bayangkan. Dia tidak menikmati pekerjaannya, tetapi tidak berani mengambil risiko untuk mengejar mimpinya di bidang lain. Kenapa? Karena meninggalkan pekerjaan bergaji besar tentu saja berisiko tinggi.


Situasi ini mungkin bukan hal yang asing bagi banyak dari kita. Banyak yang merasa seperti mengayuh sepeda di tengah hujan—tidak bisa berhenti, karena kalau berhenti, mereka akan jatuh. Menariknya, sebagian besar dari kita bekerja bukan hanya karena kita menikmatinya, tetapi karena kita membutuhkan uang untuk menopang gaya hidup yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.


Sulitnya Menurunkan Gaya Hidup

Saya sendiri pernah mengalaminya. Ketika masih mahasiswa, saya sering bepergian dari Sragen ke Bandung naik kereta ekonomi. Perjalanan panjang yang melelahkan dengan suasana yang, bisa dibilang, tidak nyaman. Tapi sekarang, setelah bertahun-tahun bekerja dan mendapatkan penghasilan lebih baik, saya terbiasa dengan kenyamanan kelas eksekutif. Bahkan, perjalanan dinas dengan pesawat sudah menjadi rutinitas. Jika diminta kembali ke kereta ekonomi seperti dulu, tentu saja saya akan menolak. Bukan karena sombong, tetapi karena kenyamanan sudah menjadi kebutuhan.


Dan itulah masalahnya. Gaya hidup sulit diturunkan. Sekali kita terbiasa dengan kenyamanan, sulit bagi kita untuk kembali ke kondisi yang lebih sederhana. Gaji besar memungkinkan kita menikmati banyak hal, tetapi ketika ketidaknyamanan muncul di pekerjaan yang tidak kita cintai, kita tetap memilih untuk bertahan. Mengapa? Karena rasa takut kehilangan penghasilan dan kenyamanan tersebut.


Namun, apa yang sebenarnya kita kejar dalam hidup ini? Uang, atau kebebasan?


Mencari Kebebasan yang Sesungguhnya

Salah satu tokoh inspiratif yang bisa kita ambil pelajarannya adalah Warren Buffett, seorang investor legendaris yang saat ini menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Di balik kesuksesan finansialnya, Buffett selalu menekankan pentingnya kebebasan. Dia pernah berkata, "Saya bisa membeli apa pun yang saya inginkan, tetapi yang paling berharga bagi saya adalah kebebasan untuk melakukan apa yang saya sukai."


Buffett tidak pernah bekerja hanya untuk uang. Bahkan di usianya yang sudah lanjut, dia tetap bersemangat dalam mengelola investasi karena itulah hal yang dia cintai. Tapi sebelum sampai ke titik itu, Buffett sudah memastikan bahwa uangnya bekerja untuk dia, bukan sebaliknya. Inilah salah satu pelajaran penting: Kebebasan finansial adalah ketika uang Anda bekerja untuk Anda, bukan Anda yang terus bekerja untuk uang.


Pelajaran dari Kehidupan Sehari-hari

Jika kita melihat contoh-contoh di sekitar kita, tidak sedikit orang yang masih bekerja setelah pensiun. Ada yang melakukannya karena mereka cinta dengan pekerjaannya, tetapi tidak sedikit yang terpaksa bekerja kembali untuk menutupi kebutuhan finansial. Mungkin untuk menambah uang pensiun yang kurang, atau sekadar membantu beli susu cucu. Kondisi ini sering terjadi ketika seseorang belum mempersiapkan rencana keuangan jangka panjang dan investasi sejak awal.


Mengutip kembali dari Warren Buffett, "Jika Anda tidak menemukan cara untuk menghasilkan uang saat Anda tidur, Anda akan bekerja seumur hidup Anda." Hal ini sejalan dengan realitas bahwa bekerja keras tanpa rencana investasi hanya akan membawa kita ke situasi di mana kita harus terus "mengayuh" tanpa henti, tanpa pernah merasakan kebebasan yang sebenarnya.


Saatnya Berpikir Secara Logis

Investasi bukanlah soal mengejar keuntungan cepat atau spekulasi tanpa dasar. Investasi adalah soal persiapan masa depan, soal merancang kehidupan yang tidak lagi bergantung pada rutinitas pekerjaan yang mungkin tidak kita nikmati. 


Tanpa dana darurat, tanpa proteksi asuransi, dan tanpa alokasi investasi yang baik, kita akan terus berada dalam siklus di mana kita bekerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhan hari ini, tanpa ada jaminan untuk masa depan.


Seperti mengayuh sepeda, kita harus memastikan bahwa ketika kita lelah, ada cara agar kita tetap bergerak ke depan tanpa harus terus mengayuh. Dan itulah esensi dari investasi—membuat uang bekerja untuk kita, sehingga pada suatu titik, kita bisa memilih untuk berhenti bekerja jika kita mau.


Menemukan Jalan Keluar

Kita semua memiliki mimpi dan aspirasi yang mungkin berbeda dari apa yang kita lakukan sekarang. Namun, untuk mengejar mimpi itu, kita memerlukan kebebasan finansial. Mulailah berpikir, apakah saat ini Anda bekerja untuk uang, atau sudahkah uang bekerja untuk Anda?


Seperti yang dilakukan Warren Buffett, atau tidak usah jauh-jauh,  kita bisa belajar dari Lo Kheng Hong seorang mantan pegawai administrasi bank yang sukses menjadi triliuner dari investasi saham. Dengan menyisihkan sedikit demi sedikit uangnya untuk investasi saham. Di usia 37 tahun, setelah bekerja 17 tahun dan mulai berinvestasi. Dia memilih untuk membangun kekayaannya melalui investasi yang tepat, sehingga di usia lanjutnya, dia bisa melakukan apa yang dia sukai tanpa kekhawatiran tentang keuangan. 


Kita semua bisa memulai perjalanan ke arah yang sama, dengan merencanakan investasi yang tepat dan memastikan bahwa kita tidak terus-terusan terjebak dalam rutinitas yang tidak kita cintai. Dan kalaupun kita tidak merasa terjebak dengan keadaan sekarang, dengan memastikan uang sudah bekerja untuk kita, kita punya akan tetap menikmati "kebebasan". Minimal kita tidak khawatir, kalau terjadi apa apa dengan diri kita. 


Ingatlah, hidup ini bukan soal berapa banyak uang yang kita hasilkan hari ini, tetapi tentang bagaimana kita mengelolanya untuk menciptakan kebebasan di masa depan. Jadi, sudahkah Anda siap membiarkan uang bekerja untuk Anda?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Information Bias : Kesalahan Investor Pemula Yang Harus Dihindari

Sebagai investor, menghindari kesalahan sangat penting. Karena bikin salah sedikit saja di pasar modal, uang taruhannya. Kalau kata Lo Kheng Hong, "Tuhan Maha Pengampun, pasar modal tak kenal ampun".  Cuan yang kita dapatkan susah susah, bisa hilang gara gara satu kesalahan analisa. Dan salah satu kesalahan yang sering dilakukan investor pemula adalah akibat information bias.  Apa itu Information Bias? Information bias sederhananya adalah kecenderungan pada informasi yang salah alias tidak sesuai fakta. Loh kok bisa? Namanya juga manusia tempatnya khilaf... hehe... Contoh : karena sudah terlanjur beli saham GOTO dan pede bakal naik, tiap hari cari info yang mendukung opini kamu kalau GOTO bakal naik. Ga peduli, kalau faktanya beda, kinerja keuangannya jeblok. Ini misalnya ya... no offense untuk GOTO hodler. Lebih parah lagi, kalau beli saham karena modal katanya si anu begini. Apalagi sekarang eranya medsos dimana banyak influencer yang "pompom" saham baik disengaja...

Kesabaran Multibagger, Kenapa Sulit Bagi Investor Pemula?

"pasar saham itu tempat transfer kekayaan dari orang yang tidak sabar kepada orang yang sabar" - Warren Buffett Kita mendapatkan saham dengan harga diskon karena ada orang yang tidak sabar menjual saham tersebut di harga mahal. Sebaliknya kita bisa menjual di harga mahal karena ada orang yang tidak sabar membeli di harga yang wajar karena takut ketinggalan. Padahal semua investor tahu prinsip beli murah jual mahal. Tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Yang membedakan adalah KESABARAN. Kesabaran menunggu saham naik 10% jelas berbeda dengan kesabaran menunggu naik 100%, apalagi ratusan persen atau multibagger. Ketika terus naik semakin galau, dan akhirnya lepas. Padahal kita tahu harga wajarnya bisa 200% atau lebih.  Kenapa Sulit Sabar? Pertama , tidak tahu valuasi atau harga wajar saham. Ini biasanya investor yang hanya ikut ikutan. Ini yang paling basic. Kedua , tahu valuasinya tapi tidak yakin dengan analisa sendiri. Ini biasanya karena faktor jam terbang, atau merasa a...

Sinyal Saham ala Value Investing : Insider's Buying

Catatan stockbit tgl 7 feb 2022 Saya sering lihat di forum stockbit, banyak postingan dari traders yg memberikan sinyal saham.  $ABCD Buy : Rp.xxx - Rp.xxx TP : Rp.xxx CL : Rp.xxx Well, utk value investor sebenarnya ada "sinyal" sahamnya sendiri. Salah satunya adalah petuah dari investor legendaris, pak Peter Lynch.  Dia bilang gini "Insiders (pemilik/manajemen) mungkin menjual saham mereka karena sejumlah alasan, tetapi mereka membelinya hanya untuk satu: mereka pikir harganya akan naik." ... menurut sy make sense bgt. Ngapain owner/manajemen yg tau jeroan perusahaan beli sahamnya sendiri kl ga yakin kinerja perusahaannya bakal naik.  Well, untuk lihat insider's buying ini sebenarnya bisa cek di keterbukaan informasi di website BEI. Untungnya sbg user SB kita ga usah repot lg. Krn dg fitur "insider" yg ada di @stockbit atau follow akun @InsiderNews, kita tahu saham apa yg dibeli oleh insiders-nya. Buat saya ini seperti "sinyal" saham.  Nah d...