Apa itu Value Investing?
Value investing adalah sebuah filosofi investasi yang dikenal karena pendekatannya yang sederhana dan fokus pada nilai (valuasi).Filosofi ini dipopulerkan oleh salah satu investor terbesar di dunia, Warren Buffett, yang membangun keberhasilannya dengan mengikuti prinsip-prinsip value investing.
Secara sederhana, value investing adalah mencari saham yang dihargai murah dan memiliki potensi untuk tumbuh nilainya di masa depan. Hal ini berbeda dengan strategi investasi lainnya yang memilih saham berdasarkan tren atau popularitas.
Murah itu maksudnya harus benar benar murah, karena namanya manusia kita tidak terlepas dari kesalahan analisa. Makanya mending beli aset yang nilainya diskon lebar kalau mau aman. Istilahnya Margin of Safety (MOS). Bahasa indonesia literalnya batas pengaman. Besarannya subyektif, ada yang cukup 30% ada juga yang minimal 50%. Kalau saya pribadi prefer 50%.
Karena udah capek capek analisis, saya mau yang untungnya 2x lipat. Alasan kedua, harga saham akan kembali ke harga wajar kadang butuh waktu lama. Tidak cukup sebulan, atau setahun. Kadang sampai 3 tahun. Pengalaman saya, ga lama kok kadang ga sampai 1 triwulan, ketika keluar laporan keuangan terbaru, sahamnya gerak.
Ilustrasinya, bayangkan kamu ingin membeli sebuah mobil bekas. Kamu ingin mendapatkan mobil yang bagus dengan harga yang terjangkau.
Kamu melakukan riset dan menemukan sebuah mobil yang dijual dengan harga yang lebih murah dari mobil sejenis lainnya. Kamu melakukan pemeriksaan dan menemukan bahwa mobil tersebut masih dalam kondisi yang baik.
Dalam hal ini, mobil itu dihargai lebih rendah dari nilai sebenarnya, sehingga kamu memutuskan untuk membelinya. Kalau kamu mau sabar, kamu akan menemukan pembeli yang mau beli di harga wajar.
Itu tadi salah satu ilustrasi sederhana value investing.
Value Investing vs Dividen Investing
Valuasi yang murah bukan hanya dilihat dari nilai likuidasi asetnya aka kalau asetnya dijual. Tapi juga bisa dilihat dari berapa besar dividen yang dihasilkan setiap tahunnya. Orang menyebutnya dividen investing.
Dividen investing juga prinsipnya sama, yakni membeli saham yang menghasilkan dividen diatas dividen wajar. Misal, Alfamart (AMRT) yang masuk dalam IDX High Dividen 20 alias daftar saham yang dianggap membagikan dividen tinggi. Apakah membeli AMRT artinya Dividen Investing? Belum tentu. Karena kalau kita belinya diharga yang mahal, dimana dividen yang akan kita terima dibawah bunga deposito atau ORI buat apa. Misal sekarang AMRT dihargai 2800, dan dividen yang diberikan cuma 24, alias 1% pun tak sampai, buat apa?!. Mending simpan deposito, sejelek jeleknya masih dapat 4%. Dan tidak ada risikonya nol, karena dijamin LPS. Kecuali, kita beli AMRT diharga misalkan 280. Itu namanya dividen investing. Cukup logis ya sampai disini.
Value Investing vs Growth Investing
Ada juga orang yang bilang "saya bukan value investing, tapi growth investing, karena saya cari perusahaan yang kinerja naiknya terus ke depannya". Sounds make sense ya!.
Well, menurut saya belum tentu, kalau kita belinya diharga yang mahal. Simpelnya, begini. Anggap ACES netprofitnya tumbuh konsisten 24% setiap tahunnya. Tapi kalau kita belinya di harga saat PER 50 alias kita beli diharga yang 50x lipat dari netprofitnya. Alias balik modalnya butuh waktu 50 tahun, ya konyol.
Karena kalau dihitung, dengan pertumbuhan net profit 24%, dia butuh sekitar 17 tahun agar akumulasi netprofitnya menyamai 50x netprofit alias balik modal. Walaupun, dengan compounding effect keuntungannya bakal naik eksponensial, tapi menurut Peter Lynch ga reasonable. Kapan2 kita bahas valuasi GARP (Growth At Reasonable Price).
Kesimpulan apa itu value investing
Kenapa Value Investing? Bukan Yang Lain?
Karena value investing itu satu-satunya metode investasi yang masuk akal. Buat apa kita ambil risiko investasi, ujung ujungnya hasilnya dibawah deposito atau obligasi negara yang zero risk.
Kenapa ga trading? Kan bisa untung setiap hari? Iya bisa untung, tapi bisa rugi juga setiap hari. Menurut saya, trading itu judi dengan manajemen risiko. Makanya pakai risk and reward ratio. Pertimbangannya berdasarkan psikologi pasar yang berusaha dibaca dari pola history harga dan volume perdagangan saham.
Kalau bandarmologi? Lihat broker summary? Sama aja. Lebih ga kebaca lagi apa pikirannya si broker. Bisa aja dia nge-prank. Memang mereka bodoh mau diikuti sama ritel investor seperti kita?
Bukan berarti saya tidak melihat analisa teknikal ataupun bandarmology, tapi sifatnya lebih suplemen dan opsional. Kalau valuasinya murah ya hajar. Kalau turun lagi, ya serok lebih banyak.
Pertanyaan berikutnya,
Bagaimana menerapkan value investing?
Seperti dijelaskan sebelumnya kalau value investing adalah membeli aset investasi di bawah nilai wajarnya. Jadi kita harus paham fundamental aset yang mau kita beli. Sama halnya mau bisnis jual beli rumah, ya kita harus pahami betul bisnis perumahan, bagaimana lokasinya, bagaimana harga wajarnya dan lainnya.
Value investing di saham juga sama, kita butuh riset dan analisis yang cermat. Kamu perlu mencari tahu tentang kinerja keuangan perusahaan, model bisnisnya, dan prospek pertumbuhannya di masa depan.
Kemudian, pastikan bahwa saham tersebut dihargai lebih rendah dari nilai intrinsiknya. Jika saham tersebut dihargai murah dan memiliki potensi untuk tumbuh nilainya di masa depan, maka kamu bisa memutuskan untuk membeli saham.
Kesimpulan
Value investing adalah strategi untuk membeli saham perusahaan yang diyakini dihargai lebih rendah dari nilai intrinsiknya atau harga wajarnya. Wajar itu bisa dibandingkan dengan nilai bersih asetnya (classic value investing), dibandingkan dengan dividen yang dihasilkan atau dibandingkan dengan pertumbuhan netprofitnya.
Dengan melakukan riset dan analisis yang cermat, serta bersabar dalam menunggu hasilnya, kamu bisa membangun portofolio investasi yang sukses dan mengikuti jejak kesuksesan Warren Buffett.
Kalau ada pertanyaan, feel free sampaikan ke saya. Gratis.
Komentar
Posting Komentar