Pada tahun 2020 awal, saya ada dana menganggur yang rencananya mau saya investasikan ke properti. Belum sempat ketemu hot deals, datanglah covid. Saat itu saya berpikir, kl pas krisis biasanya harga properti jatuh. Ini kesempatan emas buat saya.
Cuma karena covid, dan saya orangnya risk averse, saya mikir seribukali untuk cari properti. Alasannya saya ga mau ketemu orang dan ketularan.
So, mundurlah saya dari rencana tadi. Karena gabut di rumah dan kantor juga WFH, saya banyak belajar dari youtube. Oya, sebelumnya saya juga baru mulai ikut kursus sertifikasi perencana keuangan (CFP) di UI.
Baru 2x pertemuan, eh covid, akhirnya lanjut online dirumah. Nah, di bagian modul investment management, saya belajar yang namanya saham. Sebelumnya saya anti banget sama saham. Karena impresi yg saya dapat saham itu judi. Banyak orang bangkrut, sampai bunuh diri gara gara saham. Rupanya saya salah. Kenapa?
Saham = Bisnis
Di kursus itu saya belajar konsep kalau beli saham itu sama aja kayak kita beli bisnis. Sama halnya kayak kita beli franchise. Atau joinan sama temen buka bisnis. Persis! Bedanya saya beli bisnis perusahaan terbuka (Tbk) yang terdaftar di pasar modal Indonesia. Makanya pola pikirnya juga sama seperti berbisnis.
Saya harus analisa fundamental untuk melihat perusahaan yg mau saya beli itu bagus ga bisnisnya. Terus bagaimana prospek ke depannya. Bagaimana manajemennya, apakah punya tata kelola yang baik ga alias GCG.
Dan menariknya, saya ada kesempatan beli diharga yang diskon. Dan kesempatan itu banyak. Kenapa? Nanti saya ceritakan detil dipostingan lainnya.
Saham = Bisnis Klak Klik HP
Dari informasi itu saya jadi tertarik banget dengan saham. Karena pada dasarnya saya pengen punya bisnis. Walaupun, saya akhirnya paham kalau saya tenyata ga suka jalanin bisnis.
Harus deal sama supplier, customer, setting sana sini. Ya, saya punya pengalaman buka bisnis sebelumnya. Jadi cukup tahu kalau ternyata saya ga enjoy deal with people. Ya, saya introvert. Saya cuma seneng menganalisa bisnis. Harusnya begini, harusnya begitu. Konsep aja jagonya, lemah di eksekusi hehe.
Even, saya males ngurus investasi apartemen saya. Rasanya ribet. Harus deal sama calon penyewa. Setting interior apartemen, perawatan. Ternyata saya ga cocok jadi investor property.
Setelah kenal saham, akhirnya saya menemukan passion yang saya cari cari. Karena saya sukanya mengamati sesuatu. Mikir kenapa bisa begini, kenapa begitu. Seharian saya bisa asik browsing sendiri di rumah. Ya, saya mager banget orangnya.
Pas banget dengan aktivitas keseharian investor saham. Karena memang yang dibutuhkan adalah kegiatan analisa. Baca laporan perusahaan, update berita, terus mikir. Kalau nemu saham yang bagus, tinggal klik beli aja. Kelihatannya gampang ya?
Minimalisir Risiko dengan Belajar
Tidak, saya tahu saham atau investasi apapun juga pasti ada risikonya. Menurut saya,
Satu satunya cara mitigasi risiko adalah kita harus belajar bener-bener. Tanya ke orang yang sudah terbukti berhasil. Belajar dari yang terbaik.
Dari situ saya belajar ke investor senior yang sudah terbukti berhasil seperti Teguh Hidayat, Joeliardi sunendar, dan lainnya. Saya ikut komunitas saham seperti Hungrystock, Investor Academy Indonesia dan MentorBaik.
Semuanya berbayar, karena informasi di medsos terlalu banyak dan tidak terstruktur. Bikin bingung, mau mulai dari mana. Mungkin ada kali 30 jutaan yang saya keluarkan untuk belajar.
Kenapa saya mau keluar uang sebanyak itu? Karena saya ga mau kehilangan momentum. This is once of a lifetime opportunity. Saat covid harga saham anjlok semua.
Cuan Multibagger
Covid memberikan saya kesempatan beli saham dengan harga yang sangat murah. Tapi, saya ga mau terjebak di saham murahan. Thats why saya kenceng banget belajar. Dan akhirnya paid off.
Porto saya kalau dihitung dari akhir 2020 sampai 2022, alhamdulillah naik 4x lipat. Dalam perjalanannya, banyak saham saya yang naik lebih dari 100%. Salah satunya SMMT yang naik sampai 6x lipat. Tentu saja bukan hal yang aneh karena kondisinya memang memungkinkan. Teman-teman kalau lihat stockbit banyak yang lebih hebat cuannya dari saya.
Kesimpulan
Singkatnya, benar sekali apa yang dibilang Lo Kheng Hong kalau harta karun itu bukan ada di dasar laut, tapi adanya di pasar modal. Dia akan ditemukan oleh orang yang bersiap diri ketika keberuntungan datang.
Itu tadi cerita perjalanan saya. Semoga menjadi motivasi untuk kita bersama, belajar dan belajar lagi.
Semangat... dan salam cuan multibagger
Komentar
Posting Komentar