Catatan stockbit 18 nov 21 ➡️➡️➡️
Pengalaman awal belajar investing, saya biasanya gunakan valuasi sederhana PBV dan PER. Kalau PBV < 1 atau PER kurang dari 15 saya anggap murah.
Terus belajar, nambah ilmu lagi yaitu valuasi untuk growth stock, dengan ukuran PEG. Terus belajar lagi, nambah ilmu valuasi DCF dst. Semua dihitung berdasarkan laporan keuangan yang dipublish.
Yes, artinya semua orang bisa akses dan melakukan hal yang sama. Artinya ketika ada saham yang valuasinya murah, banyak orang yang akan beli dan harganya jadi tidak murah lagi. Siapa cepat dia dapat. Jadi susah, karena semua orang punya titik startnya sama, yaitu tanggal publikasi LK. Kecuali insider, dan tentu saja itu ilegal.
Jadi bagaimana supaya kita bisa curi start mendapatkan saham diharga murah?
Salah satunya adalah dengan meramal. Kalau mau menjadi yang tercepat, kita harus ambil posisi diawal dan punya ramalan yang akurat. Thats why Buffett suka dengan saham yang konsisten kinerjanya, karena mudah diramal prospek valuasinya.
Oleh karena itu, kemampuan kita memproyeksi menjadi sangat penting. Caranya tentu saja dengan mencari data dan informasi yang diperlukan untuk proyeksi. Leading indicator seperti target penjualan, rencana ekspansi ataupun efisiensi. Bahkan, informasi penjualan riil terkadang muncul duluan, sebelum LK keluar. Tinggal kita rajin googling emiten yang kita incar.
Thats why information is king. The more you learn the more you earn. Terkesan klise memang. Tapi yang namanya klise itu karena sudah sering terbukti kebenarannya.
$SMMT
Komentar
Posting Komentar