Langsung ke konten utama

Pengalaman (Orang Lain) adalah Guru Terbaik


Kata orang, pengalaman adalah guru terbaik. Buat saya, pengalaman orang lain adalah gueu terbaik dari yang terbaik. Best of the best. Creme de la creme. 

Kenapa?

Sering orang memulai sesuatu dari nol. Baik itu bisnis ataupun investasi. Padahal statistik berbicara, mayoritas bisnis itu gagal di awal. Sama juga dengan investasi. Kalau kita mulai langsung hajar, dengan alasan ngumpulin "jatah gagal", ya konyol namanya.

Iya, mungkin pasti kita gagal di awal-awal. Tapi ga harus kita melakukan kegagalan yang mendasar. Gagal itu berat, biar mereka saja. Kita cukup belajar dari mereka. 

Thats why, dalam memulai sesuatu, saya persiapkan diri untuk belajar dari pengalaman orang lain. 

Apa saja yang saya lakukan ?

1. Cari orang yang terbaik di bidang itu. 

Waktu itu saya cari cari siapa yang paling sukses dari saham. Di dunia pastinya warren Buffett. Saya coba pelajari. Cuma karena ga "relate" dengan saya sebagai investor saham di Indonesia, saya cari siapa di Indonesia. 

Akhirnya dapatlah nama seperti Lo Kheng Hong, investor ritel yang jadi triliuner cuma dari saham. Ada juga yang junior seperti Teguh Hidayat. Tentu saja, saya yakin masih banyak yang lain, cuma ga muncul di publik. 

Kenapa harus yang terbukti sukses? Karena saya mau "beli" pengalaman gagalnya. Orang yang sukses biasanya punya banyak kegagalan berkualitas. Bukan gagal yang ecek ecek. 

2. Belajar dengan cara yang terbaik. 

Maksudnya adalah saya berusaha menyerap ilmu mereka sampai intisarinya. Misal saham, saya berusaha dapat logikanya Warren Buffett dan Lo Kheng Hong seperti apa. Ga cuma tahu what, tapi juga kenapa dan how-to nya. 

Dan yang paling penting apa kesalahan yang mereka buat. Bukan cuma skill, tapi pengalaman dan mindsetnya. Bukan cuma ilmu dasar yang biasanya gratis disampaikan ke publik. 

Makanya saya cari cara untuk dapatkan itu semua. Dan biasanya tidak gratis. Saya siap bayar mahal untuk itu. Prinsip saya, jangan pernah setengah setengah. Saya pernah cerita saya ikut kursus sampai habis puluhan juta di artikel sebelumnya. Mungkin saja tidak harus sebanyak itu. Tapi, poinnya adalah ada harga ada kualitas.

3. Praktekan dengan cara yang terbaik. 

Maksudnya kita harus tahu ada namanya learning curve, dimana ketika memulai pasti sulit atau gagal di awal. Bagaimana mensiasatinya? 

Caranya mulai dengan bertahap. Mulai dari yang kecil, mulai dari yang mudah. Di investasi saham, mulai dengan dana yang "cukup", yang secara psikologis kita tidak menyesal kalau hilang. Coba yang basic, gagal, perbaiki, coba lagi, berhasil, coba dengan dana yang lebih besar, dan terus begitu. 

Kita juga harus tahu, ada urutan dan sistematika dalam menguasai sesuatu. Menerapkan ilmu yang semakin "advance" tentu saja butuh jam terbang. 

Jadi mulai bertahap, mulai dari yang kecil dan mulai dari sekarang.
Itu tadi pengalaman saya. Dan terbukti berhasil buat saya. Jadi kamu sudah belajar kegagalan dari siapa?

Salam 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinyal Saham ala Value Investing : Insider's Buying

Catatan stockbit tgl 7 feb 2022 Saya sering lihat di forum stockbit, banyak postingan dari traders yg memberikan sinyal saham.  $ABCD Buy : Rp.xxx - Rp.xxx TP : Rp.xxx CL : Rp.xxx Well, utk value investor sebenarnya ada "sinyal" sahamnya sendiri. Salah satunya adalah petuah dari investor legendaris, pak Peter Lynch.  Dia bilang gini "Insiders (pemilik/manajemen) mungkin menjual saham mereka karena sejumlah alasan, tetapi mereka membelinya hanya untuk satu: mereka pikir harganya akan naik." ... menurut sy make sense bgt. Ngapain owner/manajemen yg tau jeroan perusahaan beli sahamnya sendiri kl ga yakin kinerja perusahaannya bakal naik.  Well, untuk lihat insider's buying ini sebenarnya bisa cek di keterbukaan informasi di website BEI. Untungnya sbg user SB kita ga usah repot lg. Krn dg fitur "insider" yg ada di @stockbit atau follow akun @InsiderNews, kita tahu saham apa yg dibeli oleh insiders-nya. Buat saya ini seperti "sinyal" saham.  Nah d...

Sudahkah Uang Bekerja Untuk Anda?

Di usia kepala 4 seperti saya saat ini, banyak teman teman saya yang sudah menduduki jabatan tinggi dan berpenghasilan besar. Gaji dua digit bahkan tiga digit per bulan bukan lagi hitungan jari. Penghasilan tadi lebih dari cukup untuk memenuhi segala kebutuhan hidup orang pada umumnya.  Tapi, yang menarik ketika salah satu teman saya tanya, apakah happy dengan keadaan sekarang?. Sambil tertawa, dia merasa "terjebak" jawabnya. Setiap hari, dia terbangun tanpa gairah untuk bekerja, tidak menikmati waktunya, dan merasa terjebak dalam rutinitas yang tidak pernah dia bayangkan. Dia tidak menikmati pekerjaannya, tetapi tidak berani mengambil risiko untuk mengejar mimpinya di bidang lain. Kenapa? Karena meninggalkan pekerjaan bergaji besar tentu saja berisiko tinggi. Situasi ini mungkin bukan hal yang asing bagi banyak dari kita. Banyak yang merasa seperti mengayuh sepeda di tengah hujan—tidak bisa berhenti, karena kalau berhenti, mereka akan jatuh. Menariknya, sebagian besar dari ...

Information Bias : Kesalahan Investor Pemula Yang Harus Dihindari

Sebagai investor, menghindari kesalahan sangat penting. Karena bikin salah sedikit saja di pasar modal, uang taruhannya. Kalau kata Lo Kheng Hong, "Tuhan Maha Pengampun, pasar modal tak kenal ampun".  Cuan yang kita dapatkan susah susah, bisa hilang gara gara satu kesalahan analisa. Dan salah satu kesalahan yang sering dilakukan investor pemula adalah akibat information bias.  Apa itu Information Bias? Information bias sederhananya adalah kecenderungan pada informasi yang salah alias tidak sesuai fakta. Loh kok bisa? Namanya juga manusia tempatnya khilaf... hehe... Contoh : karena sudah terlanjur beli saham GOTO dan pede bakal naik, tiap hari cari info yang mendukung opini kamu kalau GOTO bakal naik. Ga peduli, kalau faktanya beda, kinerja keuangannya jeblok. Ini misalnya ya... no offense untuk GOTO hodler. Lebih parah lagi, kalau beli saham karena modal katanya si anu begini. Apalagi sekarang eranya medsos dimana banyak influencer yang "pompom" saham baik disengaja...