Langsung ke konten utama

Outlook dan Sektor Pilihan 2023

Saham adalah kepemilikan bisnis. Dalam jangka panjang, harga saham sangat dipengaruhi oleh bagaimana profit yang dihasilkan. 

Seberapa banyak profit yang dihasilkan tergantung dari seberapa besar volume penjualan dan harga produk, dikurangi biaya bahan baku, operasional dll. 

Banyak faktor yang mempengaruhi hal2 tersebut, tapi secara garis besar dipengaruhi oleh dua hal yaitu kinerja perusahaan dan makroekonomi. 

Sebagai investor, kita dapat melakukan analisa secara bottom-up (mulai dari analisa kinerja perusahaan) atau top-down (mulai dari sektor ekonomi). 

Saya pribadi biasanya menngunakan pendekatan top-down, untuk screening sektor mana yang menarik, baru mencari emiten mana yang menarik. Kali ini saya coba tuliskan sedikit pandangan saya pribadi untuk tahun 2023. 

Macro Supply Side

Beberapa tahun terakhir, keterbatasan supply komoditas energi, membuat harga batubara melompat tinggi. Sebentar lagi mungkin disusul komoditas energi lainnya seperti minyak, gas dan substitusinya (CPO), seiring mobilitas yang meningkat karena reopening ekonomi pasca covid. 

Ada juga masalah supply produk pangan, pupuk, kelangkaan chip, dan  sektor lainnya. Dampak supply biasanya akan berpengaruh langsung pada harga. Peluang besar bagi investor yang bisa mendeteksi dinamika supply-demand di setiap sektor ekonomi. 

Sedikit catatan untuk 11 sektor IDX.

#1 Sektor Energy - tingginya harga komoditas energi seperti coal, migas, dan terkait (CPO) karena rendahnya investasi seiring isu ESG

#2 Sektor Basic Materials - dihadapkan tingginya biaya energi dan komoditas bahan baku, namun demand semakin membaik seiring reopening ekonomi.

#3 Sektor Industrial - omnibus law, naiknya UMP, persaingan dengan produk murah China ke depannya

#4 Sektor Consumer non Cyclical - defensif, harusnya kembali normal seiring endemi dalam jangka pendek, untuk komoditas pangan masih diuntungkan dengan tingginya harga komoditas.

#5 Sektor Consumer Cyclical - barang dan jasa yang terjangkau perlahan membaik seiring pulihnya daya beli dalam jangka menengah panjang

#6 Sektor Healthcare - covid related akan semakin terdampak (peluang harga saham yg murah)

#7. Sektor Financials - perbankan dihadapkan tingginya suku bunga (temporary karena likuiditas melimpah) dalam jangka pendek, asuransi akan membaik sejalan reformasi kelembagaan oleh OJK

#8 Sektor Properties & Real Estate - industrial estate,  recurring income properti, rumah tapak perlahan membaik dalam jangka menengah panjang

#9 Sektor Technologies - era cheap money berakhir untuk digital company, peluang untuk IT security dan data centre.

#10 Sektor Infrastructure - membaik untuk infra pendukung transportasi dan konstruksi seiring mobilitas yang meningkat. Telekomunikasi menyambut prospek 5G dan digitalisasi. Utilitas positif seiring industri yang pulih. 

#11 Sektor Transportation & Logistic - semakin membaik meskipun terkendala tingginya harga BBM.


Macro Demand Side

Selama covid, permintaan barang dan jasa secara umum sangat terbatas, kecuali yang sifatnya esensial seperti produk kesehatan, basic consumer goods dan utitilitas. Tahun ini kita bisa berharap banyak permintaan akan membaik pasca covid. 

Secara makro, permintaan ini berasal dari 4 entitas yaitu rumah tangga (konsumsi), negara (belanja pemerintah), swasta (investasi) dan luarnegeri (ekspor). 

#1 Consumption

Daya beli masyarakat mungkin perlu waktu untuk pulih. Kenaikan harga BBM, pangan dan lainnya tentu saja menguras disposible income masyarakat. 

Warning pemerintah bahwa tahun 2023 ada risiko resesi, tidak sepenuhnya salah, karena permintaan ekspor tentu saja melemah, karena rumah tangga dunia perlu beradaptasi dengan inflasi tinggi. 

Mudah-mudahan rumah tangga Indonesia bisa lebih baik, karena bisa diimbangi dengan naiknya penghasilan dari penjualan komoditas batubara dan sawit. 

Tentunya butuh waktu, agar berkah komoditas ini dirasakan masyarakat disektor lainnya. Kenaikan UMR juga diharapkan dapat membantu daya beli masyarakat lapisan menengah ke bawah. 

Yang jelas, konsumsi rumah tangga terkait longgarnya mobiltas akan membaik, seperti transportasi, hotel, pariwisata, cafe/restoran dan semacamnya. 

Ketika daya beli bisa mengimbangi inflasi, mungkin bisa diharapkan produk sekunder ataupun tersier seperti kendaraan, gadget dan sejenisnya akan naik permintaannya. 

Meskipun untuk properti butuh waktu lebih lama lagi, karena masih tingginya suku bunga. Mungkin di tahun 2024 daya beli masyarakat pulih sepenuhnya syukur-syukur tumbuh signifikan karena berkah komoditas batubara, sawit dan nikel. 

#2 Government Expenditure

Kenaikan anggaran infrastruktur bisa kita harapkan mendorong sektor konstruksi. Penyelesaian proyek-proyek juga dapat dipercepat karena sudah tidak ada PPKM.

 Komitmen pemerintah untuk mendorong UMKM di tahun inj juga menarik untuk diperhatikan. Saat ini hampir semua kementrian dan lembaga pemerintah punya program pengembangan UMKM. 

Sektor pendukung UMKM mungkin dapat berkahnya. Biasanya bantuan berupa pelatihan, peralatan, kemasan akan meningkat. Sayangnya sangat terbatas emiten terkait UMKM ini. 

Mungkin perusahaan event organizer untuk seremonial kegiatan UMKM seperti DYAN, atau perusahaan pembuat kemasan produk UMKM seperti ASGR bisa menangkap peluang ini. 

#3 Investment

Penetapan Omnibus Law Ciptakerja, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik, serta kebijakan hilirisasi nikel dan turunannya menjadi sentimen positif bagi investor asing untuk membangun industri di Idonesia. 

Tentu saja faktor suku bunga yang masih tinggi, kepastian politik akan menjadi ganjalan dalam jangka pendek. Sektor properti industri, konstruksi dan alat berat serta sektor terkait seperti semen, bahan baku, alat berat bisa kita harapkan membaik dalam jangka menengah panjang. 

#4 Export 

Ekspor yang sepertinya akan semakin berat, karena inflasi tinggi dipusat ekonomi dunia seperti US dan Eropa. 

Apalagi polarisasi timur dan barat membuat perdagangan global jadi tersendat. Ekspor komoditas sajalah yang bisa diharapkan. 

Untuk ekspor lainnya mungkin menunggu perbaikan ekonomi di negara maju. Tentu saja ini bisa membawa peluang turunnya harga saham emiten ekspor lebih dalam lagi. Peluang untuk kita mendapatkan harga saham murah. 


Kesimpulan

Based on pertimbangan2 td, di tahun 2023, untuk saham cyclical saya masih mengunggulkan sektor energi untuk jangka pendek (profit taking di 2023), dan sektor pangan (cpo), konstruksi, dan properti utk jangka menengah-panjang (masuk 2023, profit taking 2024 beyond). 

Untuk saham fastgrower, saya prefer saham di sektor perbankan khususnya umkm, kesehatan, digitalisasi (5G, cybersecurity) related, dan consumer goods. 

Bagaimana menurut teman teman? 

Silakan sharing opininya di kolom komentar... 

Terimakasih dan happy cuan everyone... 

$IHSG

---------

note : artikel ini saya buat sebelumnya tgl 21 Januari 2023 di stockbit.com (https://stockbit.com/post/10622121)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Information Bias : Kesalahan Investor Pemula Yang Harus Dihindari

Sebagai investor, menghindari kesalahan sangat penting. Karena bikin salah sedikit saja di pasar modal, uang taruhannya. Kalau kata Lo Kheng Hong, "Tuhan Maha Pengampun, pasar modal tak kenal ampun".  Cuan yang kita dapatkan susah susah, bisa hilang gara gara satu kesalahan analisa. Dan salah satu kesalahan yang sering dilakukan investor pemula adalah akibat information bias.  Apa itu Information Bias? Information bias sederhananya adalah kecenderungan pada informasi yang salah alias tidak sesuai fakta. Loh kok bisa? Namanya juga manusia tempatnya khilaf... hehe... Contoh : karena sudah terlanjur beli saham GOTO dan pede bakal naik, tiap hari cari info yang mendukung opini kamu kalau GOTO bakal naik. Ga peduli, kalau faktanya beda, kinerja keuangannya jeblok. Ini misalnya ya... no offense untuk GOTO hodler. Lebih parah lagi, kalau beli saham karena modal katanya si anu begini. Apalagi sekarang eranya medsos dimana banyak influencer yang "pompom" saham baik disengaja...

Kesabaran Multibagger, Kenapa Sulit Bagi Investor Pemula?

"pasar saham itu tempat transfer kekayaan dari orang yang tidak sabar kepada orang yang sabar" - Warren Buffett Kita mendapatkan saham dengan harga diskon karena ada orang yang tidak sabar menjual saham tersebut di harga mahal. Sebaliknya kita bisa menjual di harga mahal karena ada orang yang tidak sabar membeli di harga yang wajar karena takut ketinggalan. Padahal semua investor tahu prinsip beli murah jual mahal. Tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Yang membedakan adalah KESABARAN. Kesabaran menunggu saham naik 10% jelas berbeda dengan kesabaran menunggu naik 100%, apalagi ratusan persen atau multibagger. Ketika terus naik semakin galau, dan akhirnya lepas. Padahal kita tahu harga wajarnya bisa 200% atau lebih.  Kenapa Sulit Sabar? Pertama , tidak tahu valuasi atau harga wajar saham. Ini biasanya investor yang hanya ikut ikutan. Ini yang paling basic. Kedua , tahu valuasinya tapi tidak yakin dengan analisa sendiri. Ini biasanya karena faktor jam terbang, atau merasa a...

Sinyal Saham ala Value Investing : Insider's Buying

Catatan stockbit tgl 7 feb 2022 Saya sering lihat di forum stockbit, banyak postingan dari traders yg memberikan sinyal saham.  $ABCD Buy : Rp.xxx - Rp.xxx TP : Rp.xxx CL : Rp.xxx Well, utk value investor sebenarnya ada "sinyal" sahamnya sendiri. Salah satunya adalah petuah dari investor legendaris, pak Peter Lynch.  Dia bilang gini "Insiders (pemilik/manajemen) mungkin menjual saham mereka karena sejumlah alasan, tetapi mereka membelinya hanya untuk satu: mereka pikir harganya akan naik." ... menurut sy make sense bgt. Ngapain owner/manajemen yg tau jeroan perusahaan beli sahamnya sendiri kl ga yakin kinerja perusahaannya bakal naik.  Well, untuk lihat insider's buying ini sebenarnya bisa cek di keterbukaan informasi di website BEI. Untungnya sbg user SB kita ga usah repot lg. Krn dg fitur "insider" yg ada di @stockbit atau follow akun @InsiderNews, kita tahu saham apa yg dibeli oleh insiders-nya. Buat saya ini seperti "sinyal" saham.  Nah d...