Catatan stockbit 24 oct 21 ➡️➡️➡️
Secara jk panjang, harga saham tergantung dari kinerja earningnya. Seringkali harga saham sudah naik duluan sblm LKnya keluar. Terlepas yang beli sdh tahu "bocorannya" atau hy sekedar optimis, yg jelas biasanya agak terlambat kl masuk menunggu LK keluar. Satu satunya jalan kita harus prediksi. Nah tinggal seberapa akurat kita bs prediksi.
History tahun2 sblmnya mgkn bs jd cara awal. Thats why warren buffett suka dg saham yg konsisten kinerjanya, krn lbh predictable. Jadi cara pertama dg mlihat historynya.
Cara kedua bisa dg melihat rencana perusahaan kedepannya. Ini sgt tgantung bgmn gcg mgt, kl py track record bagus, tentunya ini bs kita pakai utk prediksi.
Cara ketiga adh dg menggunakan leading indicator. Barusan sy lihat coret2an salah satu guru saham ttg cascading kinerja perusahaan startup yg biasanya dimulai dr :
jumlah user >> gmv >> tpv >> revenue >> net income. utk perusahaan digital, leading indicator jumlah user (asumsi ceteris paribus) mjadi menarik. Dan saat ini sudah seperti mjadi konsensus utj valuasi startup mgunakan GMV.
Untuk perusahaan non-digital, biasanya konsensus mlihat netincome (eps). Nah dg asumsi ceterisparibus td, sy pikir kita bs mgunakan revenue, apalagi utk saham2 yg masi merugi tapi ada potensi turnaround. Malah kl kita cukup yakin, kita bs gunakan leading indicator lain cukup signifikan dampaknya thadapnkinerja emiten , misal jumlah turis yg masuk, utk emiten hotel di bali.
Penggunaan leading indicator mberikan advantage buat kita masuk duluan dg investor lainnya yg mgkn masuk setalah mnunggu kinerja netincomenya. Tentunya, asumsi ceteris paribus inilah yg harus diperhatikan benar2. Jangan sampai salah berasumsi. Ternyata leading indicator yg kita pakai tdk pngaruh tdh kinerja revenue.
Menarik jg kl bs mapping leading indicator apa sj yg berkorelasi kuat thd satu emiten. kl udh punya petanya.. well what an advantage...
#independentinvestor
Komentar
Posting Komentar